Per tanggal 9 Agustus kemarin, rombongan calon jemaah haji Indonesia mulai berangkat ke Arab Saudi untuk menunaikan berbagai rangkaian haji dan akan kembali ke Tanah Air dalam waktu kurang lebih 40 hari. Perjalanan haji tentunya adalah perjalanan yang banyak dinanti oleh umat muslim di seluruh dunia. Sayangnya di Indonesia, dengan terbatasnya quota yang diberikan oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi, jadilah waiting list keberangkatan haji sudah di atas 5 tahun. Bahkan di Depok, Jawa Barat, sudah mencapai 15 tahun!
Perjalanan haji ke Tanah Suci saya lakukan pada tahun 2014. Buat saya, tahun 2014 adalah tahun penuh keberkahan. Lulus S2, menikah, berangkat haji, semuanya adalah berkah yang tak ternilai. Tentunya saya juga sudah melalui daftar tunggu selama 4 tahun (daftar pada tahun 2010).
Saya berangkat bersama ibu saya, kakak perempuan saya, dan kakak ipar saya. Sementara suami saya, yang belum saya kenal pada tahun 2010, harus sabar menanti waiting list selama 15 tahun… Ibu saya memutuskan untuk join yayasan haji/umroh supaya kami lebih khidmat beribadah selama disana. Dibandingkan dengan jamaah mandiri, memang jamaah yayasan lebih terurus, teratur, dan lebih memahami tata aturan haji dengan baik.
Waktu pertama kali saya datang manasik haji di yayasan, saya dibuat tercengang. Hahaha. Ini karena dari 43 orang yang berangkat melalui yayasan, 27 diantaranya adalah penderita resiko tinggi. Saya adalah yang paling muda. Udah gemeteran ngebayangin disana gimana. Tapi sampai seminggu sebelum berangkat, saya akhirnya bilang sama suami, Insya Allah selain niat beribadah, disana juga saya niat untuk membantu para nenek/kakek disana, supaya mereka juga nyaman beribadah.
Keberangkatan saya masuk dalam gelombang kedua, yang berarti saya akan langsung menuju kota Mekkah dan menunggu kurang lebih 7 hari sebelum puncak haji dimulai. Saat pertama kali tiba di kota Mekkah, suhu disana mencapai 42 deracat celcius… Kebayang gak? Saking panasnya, punggung kaki saya masih terasa panas meskipun sudah pakai kaos kaki. Tapi herannya, seberapa banyakpun saya keringetan disana, baju saya gak pernah bau (kecuali abis mampir resto yang ada asap-asapnya). Saat di Mina pun, karena berihram dan gak boleh pakai wangi-wangian, saya hampir tidak pernah merasa bau badan. Sementara kalo di Indonesia nih, baru keringetan sedikit aja saya udah ngerasa bau 😦
Saya menghabiskan 31 hari di Kota Mekkah, dengan 6 hari diantaranya berada di Mina & Arafah untuk puncak haji. 31 hari berada di Kota Mekkah membuat saya selalu kangen sama kota ini. Dan tentunya ketika kembali kesana, saya seperti pernah tinggal berbulan-bulan disana, karena hampir hapal setiap sudut di Masjidil Haram.
(bersambung)















